Kisah Nyata & Ajaib di Balik Buku Active Pronunciation
Kisah Unik di Balik Buku Active Pronunciation
Sekitar tahun 2011, saya mulai menulis sebuah naskah buku yang saya niatkan untuk membantu siapa saja yang ingin belajar bahasa Inggris dengan lebih mudah. Semua itu berawal dari kesulitan pribadi saya ketika berusaha menguasai bahasa Inggris.
Dari pengalaman belajar dan mengajar, saya melihat bahwa pelajar bahasa Inggris—terutama di Indonesia—umumnya menghadapi dua kesulitan besar: cara membaca (pronunciation) dan tata bahasa (grammar). Buku-buku grammar sudah sangat banyak tersedia. Buku pronunciation pun sebenarnya tidak sedikit, namun kebanyakan langsung memulai pembahasan dari simbol-simbol fonetik (IPA), bukan dari huruf atau abjad itu sendiri.
Saat itu, masih sangat jarang ada buku yang membahas cara membaca atau memprediksi bunyi bahasa Inggris berdasarkan abjad. Misalnya, mengapa huruf C kadang dibaca /s/, kadang /k/, dan kadang pula dibaca seperti bunyi aslinya. Setelah saya amati dengan lebih teliti, ternyata perubahan bunyi itu memiliki kaidah yang jelas. Huruf C dibaca /s/ jika diikuti huruf i, e, atau y, dan seterusnya. Dari sinilah ketertarikan saya tumbuh.
Saya mulai mengumpulkan berbagai bahan bacaan dan referensi untuk menyusun buku tersebut. Singkat cerita, pada tahun 2012 naskah itu selesai. Isinya secara garis besar mencakup:
1. Cara mengeja bahasa Inggris berdasarkan abjad dan code words (NATO),
2. Kosakata penting
3. Cara membaca huruf dalam kata bahasa Inggris beserta perubahan bunyinya,
4. Ungkapan dan peribahasa bahasa Inggris, dan lain-lain.
Seluruh kosakata dalam buku tersebut saya lengkapi dengan panduan bunyi yang saya sederhanakan, tanpa menggunakan simbol baku International Phonetic Alphabet (IPA). Tujuan saya sederhana: agar pelajar pemula lebih mudah memahami dan berani membaca bahasa Inggris.
Pada tahun yang sama, saya mencoba menawarkan naskah ini ke beberapa penerbit. Namun belum ada hasil. Ada yang beralasan buku seperti ini seharusnya dilengkapi dengan audio native speaker, dan ada pula alasan lainnya. Saya pun mulai merasa bahwa menerbitkan buku ini akan sangat sulit.
Setelah cukup lama berlalu, pada tahun 2014 saya memutuskan untuk memublikasikan naskah tersebut di sebuah blog yang baru saya buat sendiri, yaitu Bloggem. Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan perkembangannya. Karena minim pengetahuan tentang dunia blogging dan SEO, saya mengira tulisan yang diposting akan langsung dibaca banyak orang. Nyatanya tidak demikian. Bahkan nama blog saya pun belum terindeks Google. Saya sempat kecewa dan akhirnya meninggalkan blog tersebut.
Di sisi lain, kondisi hidup kala itu juga tidak mudah. Saya sibuk mengajar sebagai guru honorer di madrasah, mengajar di tempat kursus, kadang les privat, dan pekerjaan apa pun saya lakukan demi menopang kehidupan keluarga.
Sekitar tahun 2017, saya iseng membuka kembali blog tersebut. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa blog saya sudah dikenali Google, dan lebih mengejutkan lagi, tulisan-tulisan lama saya ternyata banyak dibaca dan mendapat komentar positif—terutama pada bahasan tentang panduan membaca abjad bahasa Inggris dan perubahan bunyinya.
Di tengah rasa senang itu, muncul pula kekhawatiran: bagaimana jika tulisan ini diplagiat? Dan benar saja, ada blogger dari platform lain yang menyalin tulisan saya secara utuh. Saya menegurnya melalui kolom komentar. Ia mengakui kesalahannya, meminta maaf, dan memohon izin agar tulisan itu tetap ada karena membawa banyak pengunjung ke blognya dan dianggap bermanfaat. Akhirnya, dengan berat hati, saya mengizinkannya. Ada pula yang mengambil sebagian tulisan dan memotong-motongnya.
Dan saya belajar satu hal penting lagi dan bisa jadi pelajaran bagi blogger pemula: karena ketidaktahuan saya, saya sering mengubah judul postingan, permalink, dan pengaturan blog secara sembarangan. Ternyata hal itu berdampak buruk pada visibilitas blog dan postingan saya di mesin pencari google dan saya cukup menyesali kekeliruan tersebut.
Memasuki pertengahan tahun 2018, tiba-tiba saya menerima pesan WhatsApp dari seseorang yang belum saya kenal. Namanya Haris—yang kemudian saya panggil Mas Haris. Ia meminta izin untuk menelepon. Dalam percakapan itu, ia memperkenalkan diri sebagai tutor bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare.
Mas Haris tertarik dengan tulisan-tulisan saya terutama tentang cara membaca abjad bahasa Inggris dan perubahan bunyinya, dan ingin memasukkannya ke dalam buku pronunciation yang sedang ia susun. Menurutnya, metode tersebut unik dan berbeda dari buku pronunciation lainnya.
Saya langsung mengizinkan, dengan satu syarat: nama saya harus tercantum di cover depan, bukan hanya di bagian referensi. Alhamdulillah, ia menyetujuinya. Dalam hati saya berkata, mungkin ini jawaban Allah atas doa lama yang hampir saya lupakan: memiliki sebuah buku.
Komunikasi kami terus berjalan. Di sela-sela itu, muncul keraguan dalam diri saya: jangan-jangan Mas Haris hanya penulis pemula. Saya pun mencoba mencari informasinya melalui Google dan media sosial lainnya. Ternyata ia sudah menulis lebih dari delapan buku saat itu. Saya benar-benar kaget. Keraguan saya pun sirna. Mas Haris kembali menegaskan bahwa nama saya akan dicantumkan sebagai penyusun di cover depan, dan ia meminta biodata singkat saya untuk dimasukkan ke dalam buku.
Beberapa bulan kemudian, pada tahun 2019, buku tersebut resmi diterbitkan oleh Penerbit Azhar Risalah, Pare–Kediri, dengan judul Pronunciation, buku ini resmi dan memiliki ISBN. Nama saya benar-benar tercantum sebagai penyusun. Saat itu, rasa syukur yang saya rasakan sulit diungkapkan. Saya memiliki buku—sebuah impian lama—bersama seseorang yang belum pernah saya temui langsung. Saya di Bekasi, Mas Haris di Kediri. Semua hanya melalui komunikasi jarak jauh. Bagi saya, ini benar-benar sebuah keajaiban.
Seluruh proses penerbitan, percetakan, hingga pemasaran ditangani oleh Mas Haris. Cetakan awal bukunya berukuran kecil, dan tampaknya pemasaran belum begitu berjalan. Stok masih cukup banyak. Namun saya tetap bersyukur karena buku itu sudah terbit.
Tak lama kemudian, Mas Haris mengabarkan niatnya menjalin kerja sama dengan sebuah lembaga kursus besar di Pare, yaitu Mr. BOB, untuk menjadikan tiga bukunya—termasuk buku Pronunciation—sebagai buku andalan.
Pertengahan tahun 2020, di tengah masa sulit pandemi Covid-19, saya dikejutkan oleh pesan di grup WhatsApp alumni MANPK (MAPK) Ciamis. Seorang teman berkata,
“Eh, saya sudah beli bukunya Hasby nih. Bagus isinya.”
Saya benar-benar kaget. Ternyata buku tersebut telah dicetak ulang dengan ukuran, cover dan judul yang baru, Super Pronunciation, dipasarkan oleh Mr. BOB, dan dipromosikan secara masif di media sosial. Tiga buku tersebut bahkan menjadi best seller. Nama Mas Haris dan saya tetap tercantum sebagai penyusun.
Saya menghubungi Mas Haris. Ia menjelaskan bahwa selama ini ia memperjuangkan agar buku-buku tersebut menjadi buku resmi lembaga itu. Semua biaya produksi dan pemasaran ditanggung oleh Mr. BOB, dan kami menerima royalti. Bahkan, ia berniat menemui saya di Bekasi, namun kondisi pandemi saat itu membuat rencana itu tertunda. Bagian royalti saya pun ia kirimkan melalui transfer.
Alhamdulillah, selain nama saya Allah muliakan melalui buku itu, saya juga mendapatkan manfaat materi atau uang yang nominalnya cukup besar bagi saya dan ini adalah sebuah rezeki yang sangat berarti. Di masa itu, kebetulan anak-anak saya sedang membutuhkan biaya besar, terutama yang bersekolah di SMK Kesehatan.
Kontrak kerja sama dengan Mr. Bob berakhir pada pertengahan 2021, dan penjualan pun menurun. Namun pada tahun 2023, Mas Haris kembali menghubungi saya dan mengabarkan rencana cetak ulang buku dengan cover dan judul baru, yaitu judul yang sekarang Active Pronunciation dan pemasarannya secara manual di toko buku dan toko online. Penjualan bukunya bisa dikatakan berjalan lambat, karena penjualannya masih bersifat pasif (menunggu konsumen), baru di akhir tahun 2025 ini, buku tersebut kembali dipromosikan dan dipasarkan secara luas—baik offline maupun online (Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lainnya)—oleh lembaga kursus Meet Tutor, yang Mas Haris menjadi salah satu pendiri dan pengelolanya. Alhamdulillah, pemasarannya kembali berjalan baik, dan saya kembali menerima royalti.
Yang unik dan ajaib bagi saya adalah hingga tulisan ini saya posting di sini, saya dan Mas Haris belum pernah bertemu secara langsung. Semua perjalanan ini terbangun hanya atas dasar kepercayaan dan itikad baik. Semoga suatu hari Allah mempertemukan kami dalam silaturahmi yang nyata.
Demikian kisah singkat ini. Semoga ada pelajaran dan manfaat di dalamnya.
Wassalam



